HISROGRAM EQUALIZATION
Histogram Equalization adalah suatu proses perataan
histogram, dimana distribusi nilai derajat keabuan pada suatu citra dibuat
rata. Untuk dapat melakukan histogram equalization ini diperlukan suatu fungsi
distribusi kumulatif yang merupakan kumulatif dari histogram.
Misalkan
diketahui data sebagai berikut:
2
4 3 1 3 6 4 3 1 0 3 2
Maka histogram
dari data di atas adalah
Gambar
5.1 Contoh histogram
Dan diperoleh histogram kumulatif
sebagai berikut:
Gambar 2 .2 Histogram kumulatif
Histogram
equalization (perataan histogram) adalah suatu proses dimana histogram
diratakan berdasarkan suatu fungsi linier (garis lurus) seperti terlihat pada
gambar 5.2. Teknik perataan histogram adalah sebagai berikut:
Tabel nilai perataan 2.3
Nilai asal
|
Histogram Kumulatif
|
Nilai hasil
|
0
|
1
|
½ 0
|
1
|
3
|
3/2 1
|
2
|
5
|
5/2 2
|
3
|
9
|
9/2 4
|
4
|
11
|
11/2 5
|
5
|
11
|
11/2 5
|
6
|
12
|
12/2 6
|
Nilai hasil
histogram equalization adalah sebagai berikut
W
=
………………………………………………( rumus 2.1 )
dimana :
w = nilai keabuan hasil histogram
equalization
cw = histogram kumulatif dari w
th = threshold derajat keabuan
(256)
nx dan ny =
ukuran gambar
Hasil setelah
histogram equalization adalah sebagai berikut:
2 5
4 1 4 6 5 4 1 0 4 2
Histogram dari
hasil histogram equalization:
Gambar
2.3 Histogram dari hasil histogram equalization
.2.
Dasar Histogram Equalisation
Apa yang dicapai dalam histogram equalisation sebenarnya adalah suatu colour mapping dari citra
awal pada citra hasil. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut.
Di mana r adalah warna di citra
awal, T adalah fungsi mapping, dan s adalah warna pada citra hasil.
Secara singkat, histogram equalisation dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
Dengan kata lain, setiap grey
level value (rk) dari citra awal, akan dimap ke dalam nilai grey level yang
baru (sk) dalam citra baru. Seperti yang kita lihat pada gambar dibawah, r1 di
map ke dalam s1, r2 di map ke dalam s3, dan r3 serta r4 di map ke dalam s4.
Pendefenisian fungsi T(x) yang
melakukan mapping sehingga menempatkan pada sk yang jaraknya berbeda jauh pada
rk dan r(k-1) yang memiliki perbedaan frekuensi cukup besar. Inilah definisi
matematisnya untuk T(x) :
……………………………………………...
(5. 1)
Di mana Pr adalah
Histogram
adalah representasi grafis untuk distribusi warna dari citra digital. Sumbu
ordinat vertikal merupakan representasi piksel dengan nilai tonal dari
tiap-tiap deret bin pada sumbu axis horizontalnya. Sumbu axis terdiri dari
deret logaritmik bin densitometry yang membentuk rentang luminasi atau exposure
range yang mendekati respon spectral sensitivity visual mata
manusia. Deret bin pada density yang
terpadat mempunyai interval yang relatif sangat linear dengan variabel mid-tone terletak
tepat di tengahnya.
Pada
histogram fotografis, grafis batang tidak mempunyai luasan yang menunjukkan
jumlah piksel pada tiap bin. Grafis batang menjadi grafis garis vertikal yang
mewakili seluruh jumlah piksel pada deret bin luminasi tersebut.
Sebagai contoh, sebuah foto ukuran 4288x2848 piksel yang mempunyai 1 tone akan
mempunyai histogram dengan 1 garis lurus vertikal pada nilai bin luminasinya,
bukan berupa 12,212,224 garis vertikal yang mempunyai panjang sama.
Pada
umumnya, sebuah histogram hanya memetakan seluruh nilai tonal dari citra
digital pada bin luminasi
masing-masing. Nilai tonal tersebut telah tersedia dalam color space
yang umum digunakan adalah sRGB dan AdobeRGB yang mempunyai nilai gamma γ =
2,2.
Gambar
2.10. Example of Cathode ray tube gamma correction
'Nilai gamma merupakan kuantifikasi kontras pada
fotografi didefinisikan secara matematis:
……………………………………………….(
rumus 2.5 )
dimana
Vout dan Vin adalah relasi bolak balik (en:reversal)
antara reaksi substrat perak nitrat pada negatif film dan iluminasi yang
mengenainya. Relasi ini dipetakan menjadi diagram yang disebut characteristic
curves, Hurter–Driffield curves, H–D curves, HD
curves, H & D curves, D–logE curves, or D–logH curves.
Diagram
ini mempunyai rentang linear yang disebut gamma. Pada rentang linear tersebut
berlaku:
……………………………………………… ( rumus 2.6 )
dan
fungsi kebalikannya:
……………………………………………….. ( rumus 2.7 )
sehingga
variabel γ disebut gamma correction atau gamma nonlinearity.[10] Pada saat γ > 1 sering disebut expansion gamma atau
decoding gamma. Sebaliknya pada saat γ < 1 sering disebut compressed gamma
atau encoding gamma.
Gambar
2.11. Principle of spot light densitometryspectra) of human cone cells, S, M,
and L types
Densitometri
merupakan kuantifikasi respon daya serap suatu medium perak nitrat pada film
terhadap iluminasi yang mengenai permukaannya. Jika pada gamma menunjukkan
akumulasi partikel perak nitrat, pada densitometri menunjukkan penurunan
iluminasi akibat akumulasi substrat tersebut. Nilai logaritmik dari resiprok
transmisi cahaya yang didefinisikan sebagai absorbance atau density
yang serupa dengan respon visual (spectral sensitivity)
manusia pada rod cell dan cone cell retina mata yang disebut scotopic
vision dan photopic vision. Pada fotografi,
film dan sensor sering dijabarkan dengan menggunakan istilah spectral
sensitivity untuk menjelaskan karakteristik respon bersangkutan terhadap
iluminasi
2.7. Tujuan Histogram
Citra
Salah satu proses yang penting dalam pengenalan objek
yang tersaji secara visual (berbentuk gambar) adalah
segmentasi. Segmentasi objek di dalam citra bertujuan memisahkan wilayah (region)
objek dengan wilayah latar belakang. Selanjutnya, wilayah
objek yang telah tersegmentasi digunakan untuk proses berikutnya (deteksi
tepi, pengenalan pola, dan interpretasi objek). Metode segmentasi yang umum adalah pengambangan
citra (image thresholding). Operasi pengambangan mensegmentasikan citra
menjadi dua wilayah, yaitu wilayah objek dan wilayah latar belakang
[1]. Wilayah objek diset berwarna putih sedangkan sisanya diset berwarna
hitam (atau sebaliknya). Hasil dari operasi pengambangan adalah
citra biner yang hanya mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih. Sebelum
proses segmentasi, citra mengalami beberapa pemrosesan awal (preprocessing)
untuk memperoleh hasil segmentasi objek yang baik. Pemrosesan
awal adalah operasi pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas citra (image enhancement).
Misalkan citra digital memiliki L
derajat keabuan, yaitu dari nilai 0 sampai L – 1 (misalnya pada citra dengan
kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0 sampai 255).
Gambar 1 memperlihatkan contoh sebuah histogram citra, yag dalam
hal ini k menyatakan derajat keabuan dan nk menyatakan
jumlah pixel yang memiliki nilai keabuan k.
Histogram
adalah alat bantu yang berharga dalam pekerjaan pengolahan citra baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Histogram berguna antara lain untuk
perbaikan kontras dengan teknik histogram equalization [3] dan memilih nilai
ambang untuk melakuka segmentasi objek. Poin yang disebutkan terakhir
akan dijelaskan di dalam bagian selanjutnya.
2.8. PERBAIKAN KUALITAS CITRA
Perbaikan kualitas citra (image enhancement) merupakan
salah satu proses awal dalam pengolahan citra (image preprocessing).
Perbaikan kualitas diperlukan karena seringkali citra yang diuji mempunyai
kualitas yang buruk, misalnya citra mengalami derau (noise) pada
saat pengiriman
melalui saluran transmisi, citra terlalu terang/gelap, citra
kurang tajam, kabur, dan sebagainya. Melalui operasi pemrosesan awal inilah
kualitas citra diperbaiki sehingga citra dapat digunakan untuk aplikasi
lebih lanjut, misalnya untuk aplikasi pengenalan (recognition)
objek di dalam citra.
Yang
dimaksud dengan perbaikan kualitas citra adalah proses memperjelas
dan mempertajam ciri/fitur tertentu dari citra agar citra lebih mudah dipersepsi
maupun dianalisis secara lebih teliti [2]. Secara matematis, image enhancement dapat diartikan
sebagai proses mengubah citra f(x, y) menjadi
f ’(x, y) sehingga ciri-ciri yang dilihat pada f(x, y) lebih ditonjolkan [4]. Image
enhancement tidak meningkatkan kandungan informasi, melainkan
jangkauan dinamis dari ciri agar bias dideteksi lebih mudah dan tepat [2]. Operasi-operasi
yang digolongkan sebagai perbaikan kualitas citra cukup beragam antara lain, pengubahan
kecerahan gambar (image brightness), peregangan kontras (contrast
stretching), pengubahan histogram citra, pelembutan citra (image
smoothing), penajaman (sharpening) tepi (edge),
pewarnaan semu (pseudocolouring), pengubahan geometrik, dan
sebagainya.
Beberapa
operasi perbaikan kualitas yang penting dan berkaitan dengan makalah ini
dijelaskan secara ringkas di bawah ini.
- Peregangan
Kontras
Kontras
menyatakan sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness)
di dalam sebuah gambar. Citra dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori kontras:
citra kontras-rendah (low contrast), citra kontras-bagus
(good contrast atau normal contrast), dan citra kontras -tinggi (high contrast). Citra
kontras -rendah dicirikan dengan sebagian
besar komposisi citranya adalah terang atau sebagian
besar gelap. Kontras yang rendah disebabkan pencahayaan yang buruk
atau efek
nirlanjar sensor [2]. Dari histogramnya terlihat sebagian
besar derajat keabuannya terkelompok (clustered) bersama atau
hanya menempati sebagian kecil dari rentang nilai-nilai keabuan yang mungkin. Citra
kontras -tinggi memiliki jangkauan nilai keabuan yang lebar, tetapi terdapat
area yang lebar yang didominasi oleh warna gelap dan area yang lebar
yang didominasi oleh warna terang.
Sedangkan
Citra kontras-bagus memperlihatkan jangkauan nilai keabuan yang lebar
tanpa ada suatu nilai keabuan yang mendominasi. Histogram citranya
memperlihatkan sebaran nilai keabuan yang relatif seragam.
Citra dengan kontras-rendah dapat diperbaiki kualitasnya
dengan operasi peregangan kontras. Melalui operasi ini, nilai-nilai
keabuan pixel akan merentang dari 0 sampai 255 (pada citra 8-bit), dengan
kata lain seluruh nilai keabuan pixel terpakai secara merata. Operasi
peregangan kontras
dinyatakan dengan transformasi [2]: Persamaan
(3) ini dinamakan operasi
pengambangan (thresholding). Jika va = 0 dan vb
= L, maka operasi pengambangan akan mentransformasikan
citra grey-level menjadi citra
biner (yang hanya mempunyai 2 derajat keabuan). Gambar
2 memperlihatkan tafsiran visual dari operasi pengambangan yang
menghasilkan citra biner.
- Pelembutan Citra
Pelembutan citra (image smoothing) bertujuan untuk
menekan gangguan (noise) pada citra. Gangguan tersebut biasanya muncul
sebagai akibat
dari hasil penerokan yang tidak bagus (sensor noise, photographic grain noise) atau akibat saluran transmisi
(pada pengiriman data). Pixel yang mengalami gangguan umumnya memiliki
frekuensi tinggi (berdasarkan analisis frekuensi
dengan transformasi Fourier). Komponen citra yang
berfrekuensi rendah umumnya mempunyai nilai pixel konstan
atah berubah sangat lambat. Operasi pelembutan citra dilakukan untuk menekan
komponen yang berfrekuensi tinggi dan meloloskan
komponen yang berfrekuensi rendah. Operasi pelembutan dilakukan dengan
mengganti intensitas suatu pixel dengan rata-rata dari nilai.
2.9 SEGMENTASI CITRA
Segmentasi citra bertujuan memisahkan wilayah (region)
objek dengan wilayah latar belakang agar objek di dalam citra mudah
dianalisis dalam rangka mengenali objek. 3 Pengambangan citra (image
thresholding)
merupakan metode yang paling sederhana untuk melakukan
segementasi. Operasi pengambangan membagi citra menjadi dua wilayah,
yaitu wilayah objek dan wilayah latar belakang [1]. Wilayah objek
diset berwarna putih sedangkan sisanya diset berwarna hitam (atau sebaliknya).
Hasil dari operasi pengambangan adalah citra biner yang hanya
mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih.
Nilai ambang T dipilih sedemikian sehingga galat yang
diperoleh sekecil mungkin. Cara yang umum menentukan nilai T adalah
dengan membuat
histogram citra. Nilai T dapat dipilih secara manual atau
dengan teknik yang otomatis. Teknik yang manual dilakukan dengan cara
coba-coba (trial and error) dan menggunakan histograk sebagai panduan.
(a) (b)
(c)
2.10 HASIL-HASIL
EKSPERIMEN
Eksperimen
dilakukan dengan menggunakan kakas [6] terhadap dua buah citra, yang pertama
citra normal dengan satu buah objek (gambar hati), dan yang kedua citra
dengan dua buah objek tetapi mengalami derau (noise). Gambar
2.12(a) dan 2.12(b) memperlihatkan kedua buah citra tersebut.
Sebagai batasan, citra yang digunakan hanyalah citra hitam-putih (grey
level) saja. Citra berwarna dikonversi terlebih dahulu menjadi citra hitam-putih.
(a) (b
Gambar 2.12 orginal image dan binary image
Gambar
2.13 Segmentasi citra
Gambar 2.13 memperlihatkan contoh segmentasi citra dengan
menggunakan operasi pengambangan [1]. Gambar 2.13(a) adalah citra awal
(sebelum disegmentasi) yang memperlihatkan partikelpartikel.
Gambar 2.13(b) adalah histogram citra yang sudah
dinormalisasi. Kita dapat melihat bahwa histogram ini memperlihatkan ada tiga
wilayah di dalam gambar. Wilayah pertama adalah latar belakang
gambar yang gelap yang ditunjukkan dengan bagian histogram paling kiri
dengan sebuah puncak. Wilayah kedua menunjukkan partikelpartikel yang
berwarna lebih gelap yang ditunjukkan dengan bagian histogram tengah dengan
dengan sebuah puncak. Wilayah ketiga menunjukkan partikel-partikel
berwarna terang yang ditunjukkan dengan bagian histogram paling kanan.
Wilayah kedua dan wilayah ketiga dapat
(a) (b)
Gambar 2.13
(a) Histogram citra liver, dan (b)
Dari histogram pada Gambar 2.13(a) terlihat bahwa nilai
ambang dapat diambil atara nilai 15 sampai 25 untuk memisahkan liver dari
latar belakangnya. Nilai ambang ini ditransformasikan ke nilai di dalam
selang [0, 1] menjadi 0.06 sampai 0.1 karena MATLAB hanya
menspesifikasikan level ambang di dalam selang [0, 1]. Hasil pengambangan dengan
bermacam-macam nilai ambang antara 0.06 sampai 0.1 diperlihatkan pada Gambar
2.13. Hasil pengambangan adalah citra biner. Sebagai pembanding, diujicoba nilai
ambang yang lebih besar, yaitu 0.2.
1.11
HISTOGRAM CIRI WARNA
ØTujuan :
Menggunakan histogram yang menampilkan warna suatu gambar
sebagai alat untuk mengukur
jarak terdekat gambar dan membandingkan gambar dengan gambar
yang ada dalam database sistem.
ØDasar Teori :
Histogram suatu gambar dalam pemrosesan gambar digitall
dapat menampilkan ciri dari gambar
tersebut. Ciri yang ditampilkan adalah berupa ciri warna
dimana warna suatu gambar pertama dengangambar yang lainnya pasti mempunyai
nilai intensitas yang berbe
ambar 2.14 apel dan histogramnya
Gambar 2.13 gelas dan histogramnya
Dari
dua gambar diatas dapat diketahui bahwa walaupun kedua gambar sama yaitu hitam
putih
dengan tipe .bmp, tapi keduanya mempunyai bentuk histogram
yang berbeda. Sehingga dari sinilah
kami akan mencoba membuat suatu analisa jarak yang akan
menghitung jarak terdekat dari kedua gambar tersebut.
Algoritma Pemograman yang digunakan :
1. Mendefinisikan database yang akan digunakan
(menentukan gambar yang akan disimpan dalam database)
2. Dilakukan preprocessing pada gambar yang akan
dilakukan peltihan yaitu merisize ukurannya dengan ukuran 64 X 64
3. Dibuat histogram warna masing-masing gambar
itu.
4. Dianalisis jaraknya pada masing-masing gambar
dengan menggunakan
city block D=∣ai−bi∣
5. Membandingkan kemiripan dari besaran jarak
6. Mengambil 5 jarak terkecil dengan data teruji Implementasi :
No comments:
Post a Comment